Biaya Logistik Dipatok Turun 1% Per Tahun

JAKARTA: Pelaku usaha logistik nasional menargetkan penurunan biaya logistik nasional sebesar 1% setiap tahun sehingga pada 2015 rata-rata biaya logistik akan turun menjadi 10%.

“Kami mengupayakan minimal turun 1% per tahun. Targetnya tetap menjadi 10% pada 2015 saat liberalisasi masyarakat ekonomi Asean diberlakukan,” kata Wakil Ketua Umum Kadin bidang Perdagangan, Distribusi dan Logistik Natsir, akhir pekan lalu.

Dia menjelaskan penurunan biaya logistik nasional dibutuhkan supaya industri dan aktivitas perdagangan di dalam negeri dapat bersaing mengingat gempuran produk luar negeri semakin tinggi.

Menurut dia, pihaknya sudah mengukur kekuatan industri logistik nasional melalui program Indonesian Logistik Summit yang pertama kali diadakan pada November 2011.

Dari kegiatan itu, katanya, sejumlah rekomendasi sudah disiapkan untuk diserahkan kepada pemerintah. “Rekomendasi itu berisi tentang program-program utama dalam memangkas biaya logistik nasional.”

Natsir menambahkan pihaknya segera menyerahkan rekomendasi ILS 2011 kepada Wakil Presiden Boediono. “Rekomendasi tersebut diserahkan kepada pemerintah sebagai bahan untuk pengambilan kebijakan di sektor logistik.”

Menurut dia, rekomendasi itu diharapkan segera dilaksanakan karena isinya bersifat mendesak dalam kerangka menciptakan tatanan logistik nasional yang efisien. “Segera kami serahkan kepada Wapres,” katanya.

ILS 2011 yang berlangsung selama 10–11 November di Jakarta Convention Center (JCC) menghasilkan 9 rekomendasi yang akan disampaikan kepada pemerintah.

Ke-9 rekomendasi itu antara lain pembenahan 25 pelabuhan terbuka di Indonesia dan seluruh pelabuhan utama provinsi serta menggenjot efisiensi operasional pelabuhan, bandara, stasiun dan terminal kargo.

Selain itu, perlu dilaksanakan penerapan kebijakan operasional pelayanan 24 jam dan 7 hari di seluruh pelabuhan nasional yang kini baru diterapkan di empat pelabuhan utama yakni Tanjung Priok, Tanjung Perak, Makassar dan Belawan.

ILS juga merekomendasikan agar pemerintah menyelesaikan dengan cepat JORR dari daerah industri ke Pelabuhan Tanjung Priok dan akses jalan lainnya agar tidak terjadi bottleneck atau penyumbatan arus.

Selain itu, pelaku usaha meminta agar bandar udara di Indonesia dibuka 24 jam atau minima hingga pukul 24.00 supaya kepadatan di bandara besar seperti Soekarno–Hatta dapat terurai.

Direktur Utama PT Angkasa Pura II Tri S. Sunoko mengatakan pihaknya akan memperpanjang jam operasi di empat bandara tersebut.

“Dirjen Perhubungan Udara meminta agar empat bandara ini buka 24 jam. Sekarang hanya buka sampai pukul 20.00, nantinya menjadi pukul 24.00 selanjutnya buka 24 jam,” katanya.

Permintaan untuk membuka operasional bandara hingga 24 jam ini masih belum dapat dipenuhi saat ini karena masih kekurangan tenaga pengawas lalu lintas udara. (Bsi)